7 Langkah Menyembuhkan Luka Batin dari Masa Lalu

7 Langkah Menyembuhkan Luka Batin dari Masa Lalu

poltekkessurakarta.com – Kadang yang paling sakit bukan luka fisik, tapi luka di dalam hati yang udah kita simpan bertahun-tahun. Luka batin dari masa lalu bisa muncul dari banyak hal—pengkhianatan, penolakan, kehilangan, atau perlakuan buruk yang nggak pernah kita dapetin penjelasan atau permintaan maafnya. Parahnya lagi, luka ini sering kita pendam dalam diam, dan tanpa sadar ikut ngatur cara kita bersikap di masa sekarang.

Di poltekkessurakarta.com, aku pengen bahas soal gimana caranya mulai menyembuhkan luka batin yang mungkin masih kamu simpan sampai sekarang. Karena kita semua punya hak buat hidup damai, tanpa bayang-bayang masa lalu yang terus menghantui. Yuk, sama-sama belajar buat memulihkan diri secara pelan-pelan tapi pasti.

1. Akui Kalau Kamu Memang Terluka

Langkah pertama dan paling penting adalah ngakuin kalau kamu emang pernah (atau masih) terluka. Banyak orang pura-pura kuat dan bilang “aku baik-baik aja,” padahal hatinya berantakan. Nggak apa-apa kok ngerasa sakit, kecewa, marah, atau sedih. Emosi itu valid dan manusiawi banget.

Aku juga pernah menyangkal perasaan sendiri karena ngerasa malu kelihatan lemah. Tapi setelah jujur sama diri sendiri, proses penyembuhan itu akhirnya bisa mulai jalan. Jadi, berani ngakuin luka itu bukan kelemahan, tapi langkah berani buat sembuh.

2. Tulis Semua yang Kamu Rasakan

Menulis bisa jadi terapi yang ampuh. Coba luangin waktu buat nulis apa aja yang kamu rasain, tanpa filter, tanpa mikirin kata-katanya rapi atau enggak. Tumpahin semua unek-unek, mulai dari rasa sakit, kemarahan, sampai kebingungan. Nggak perlu dibaca ulang, cukup keluarin aja.

Aku biasanya pakai buku catatan khusus yang nggak pernah aku tunjukin ke siapa-siapa. Rasanya kayak ngobrol sama diri sendiri, dan itu bikin hati jauh lebih lega. Kadang, setelah ditulis, aku bisa ngelihat perasaanku dengan lebih jernih.

3. Maafkan, Tapi Bukan Berarti Melupakan

Poin ini sering disalahpahami. Memaafkan itu bukan berarti membenarkan apa yang orang lain lakukan, tapi membebaskan diri kita dari beban emosi yang berkepanjangan. Maafkan bukan karena mereka pantas, tapi karena kamu pantas punya ketenangan.

Aku pernah nunggu orang yang nyakitin aku minta maaf, tapi itu nggak pernah terjadi. Akhirnya aku milih buat memaafkan diam-diam, buat diriku sendiri. Dan jujur, itu terasa jauh lebih ringan.

4. Ngobrol Sama Orang yang Bisa Dipercaya

Kadang, luka batin makin berat karena kita simpan sendirian. Coba cari satu orang yang bisa kamu percaya dan nyaman buat diajak cerita. Entah itu sahabat, keluarga, atau konselor profesional. Didengerin aja udah bisa jadi obat yang luar biasa.

Aku pernah ngobrol sama temen dekat soal hal yang udah lama aku pendam, dan ternyata dia juga pernah ngerasain hal serupa. Nggak cuma dapet pelukan, aku juga dapet perspektif baru yang bantu banget buat move on.

5. Lakuin Hal yang Bikin Kamu Ngerasa Hidup

Kadang kita terlalu fokus sama luka, sampai lupa kalau hidup ini juga punya banyak hal indah. Coba isi harimu dengan aktivitas yang bikin kamu semangat—entah itu seni, olahraga, main musik, jalan-jalan, atau kegiatan sosial. Bikin diri kamu sibuk sama hal yang sehat dan positif.

Aku sendiri nemuin ketenangan waktu mulai rutin olahraga ringan dan ngikutin kelas menggambar online. Nggak cuma ngurangin overthinking, tapi juga bikin aku lebih terhubung sama diri sendiri.

6. Bikin Batasan Sehat

Kalau luka batin kamu berasal dari orang yang masih ada di hidupmu sekarang, penting banget buat bikin batasan. Kamu nggak harus terus berinteraksi atau jadi “baik” ke orang yang pernah nyakitinmu. Lindungi dirimu dengan cara yang sehat, tanpa rasa bersalah.

Aku belajar buat nggak lagi maksa ngobrol atau ketemu sama orang yang bikin aku ngerasa kecil. Dan ternyata, menjaga jarak itu bukan berarti dendam, tapi bentuk sayang ke diri sendiri.

7. Ingat Bahwa Proses Penyembuhan Nggak Instan

Menyembuhkan luka batin itu butuh waktu. Nggak ada yang instan. Kadang hari ini kamu ngerasa baik-baik aja, besoknya tiba-tiba keinget lagi dan nangis. Itu wajar. Jangan buru-buru nyuruh diri kamu “harus cepat sembuh.” Nikmati prosesnya, walau pelan, asal terus jalan.

Aku pernah ngerasa frustasi karena ngerasa proses healing-ku terlalu lambat. Tapi sekarang aku sadar, setiap langkah kecil yang aku ambil itu tetap berarti. Yang penting, aku nggak berhenti.

Penutup: Kamu Layak Bahagia

Setiap orang punya luka, dan setiap orang juga berhak buat sembuh. Di poltekkessurakarta.com, aku cuma pengen ngingetin bahwa kamu bukan satu-satunya yang berjuang. Kamu nggak sendiri, dan kamu punya kekuatan buat pelan-pelan bangkit lagi. Jangan buru-buru, jangan paksa diri, cukup jalanin satu langkah kecil tiap harinya. Luka bisa sembuh, dan kamu bisa bahagia lagi.